Blogger Widgets

Senin, 18 Mei 2015

Bantu Aku Untuk Melupakanmu

Sudah beberapa malam ini aku sering sekali memimpikan kamu.
Ya , kamu sayang; Siapa lagi kalau bukan kamu yang selalu hadir dalam mimpiku. 
Padahal malam itu aku tak melakukan ritual yang biasa aku lakukan dulu jika aku ingin bertemu denganmu dalam mimpi. Iyaa, ritual menepuk bantal tiga kali lalu menyebut namamu dengan harapan agar kamu bisa hadir dalam mimpiku. Terdengar sangat lucu memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi.

Tapi, setelah kita putus. Aku tak melakukan hal itu lagi, karena kurasa itu adalah hal bodoh yang seharusnya tak aku lakukan sejak dulu. Tapi entah mengapa aku malah melakukan itu, mungkin karena aku terlalu sayang sama kamu jadi hal bodoh apapun pasti akan kulakukan jika itu berhubungan degan kamu, dengan kita.
                            
Akhir-akhir ini. Setiap malam aku selalu memimpikan kamu. Aku tak tahu apa maksud dari semua mimpi ini, ini seperti nyata. Bahkan aku tak ingin ini disebut mimpi. Apakah kamu merindukan aku? sebuah pertanyaan yang mungkin tak akan pernah mendapatkan jawaban. Karena aku pernah mendengar, orang-orang selalu bilang jika kita memimpikan seseorang berarti orang itu sedang merindukan kita.
                                     
Aku tak tahu apa aku harus percaya atau tidak. 
Aku juga tak tahu apa aku harus senang atau sedih. 
Karena yang aku tahu kamu tak memiliki perasaan yang sama denganku. 
Aku tahu bahwa kamu juga tak merindukan aku, jangankan rindu padaku, mendengar namaku saja mungkin kamu sudah tak ingat lagi. 

Aku tak ingin semua mimpi-mimpi ini menjadi benih-benih yang akan tumbuh menjadi harapan. 
Iya,  harapan palsu yang justru akan membuatku semakin sulit untuk melepasmu. 
Sayang, tolong bantu aku untuk melupakan kamu, meskipun aku akui bahwa aku tak cukup pandai untuk melupakan  seseorang, terlebih lagi melupakan orang yang aku cintai. 

Setidaknya bantu aku agar aku tak mengingat namamu bahkan kamu tak perlu lagi hadir di dalam mimpiku. Bukannya aku tak mau kamu hadir dalam mimpiku, tapi biarkan lah aku sedikit leluasa dengan mencoba bebaskan hati ini agar tak selalu mengurung lagi karena masih ada kamu dihatiku. Biarkan aku pergi dari hidupmu, karena aku tahu bahwa cinta tak bisa dipaksa. 

Dan aku juga tak ingin memaksamu untuk kembali padaku. Karena yang aku tahu juga bahwa cinta tak harus memiliki. Sayang, beri aku kesempatan untuk melepaskan mu, merelakan kamu pergi dari hidup dan hatiku. Biarkan aku melanjutkan hari-hari yang seharusnya aku tak perlu  mengikutimu, dulu. Dan ijinkan aku untuk memulai hari yang baru, dan mulai melupakanmu.  Terimakasih sayang untuk semuanya. Satu pesan ku untukmu; jaga dirimu baik-baik.


Minggu, 17 Mei 2015

The Story Strawberry #1


Kesedihanku

Malam kian larut, Widya masih saja sibuk memikirkan tentang hatinya. Hatinya terlalu sakit untuk menerima kenyataan pahit ini. Ia baru saja disakiti oleh laki-laki yang ia sayangi selama 3 tahun lebih.

Ia diduakan, laki-laki itu berselingkuh. Ia pun tak menyangka jika hubungan yang selama ini baik-baik saja menjadi seperti ini. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia belum bisa menerima ini semua, tapi karena dukungan dan kasih sayang keluarga dan sahabatnya ia berusaha untuk tetap kuat.

Widya adalah gadis remaja yang manis, baik dan pintar. Ia berkulit kuning langsat, rambutnya hitam yang tidak teralu panjang dengan tinggi badan tidak lebih dari 165cm. Ia gadis yang ceria dan murah senyum. Tapi sejak kejadian itu ia selalu murung dan selalu ingin sendirian.

Suara gemercik hujan yang turun dari tadi malam, membuat Widya terbangun dari tidurnya.


 "hooaaammm..."
Direntangkan kedua tangannya dan berusaha untuk bangkit dari tempat tidur. Ia pun lalu melangkahkan kakinya kedekat jendela untuk membukanya, tapi ia urungkan karena diluar sana sedang hujan deras.

"brrrr dingin banget sih.. jadi males mau ngapain-ngapain deh" lirihnya

Dilirik jam yang ada di ponselnya, terlihat jam menunjukan pukul 06.30 pagi, rasa malas masih saja menggelayut di tubuhnya, enggan rasanya untuk memulai aktifitasnya pagi ini. 
Ia pun memaksakan tubuhnya untuk bangun dan mulai bergegas mandi dan bersiap-siap sekolah.


Beberapa menit berlalu, akhirnya ia sudah siap untuk berangkat. Tapi rasanya ada yang berbeda dipagi ini, Hatinya. Iya hatinya masih terasa sakit. Ia merasa sesak dan sulit untuk benafas, tak terasa air matanya menetes dipipinya.

Ia teringat kembali kenangan masa lalunya bersama kekasihnya itu. Ia tak kuat menahan kesediahannya. Rasanya ini terlalu mendadak, dan ia tak sanggup untuk mengobati lukanya itu seorang diri. 

Dihapuslah air matanya, Ia tak boleh seperti ini, Ia harus kuat, banyak orang yang sayang dan mendukungnya. Ia pun menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan untuk sedikit membuat hatinya tenang walau hanya beberapa saat.

Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bergegas untuk berangkat sekolah.
Diluar dingin sekali, jalanan basah karena hujan habis mengguyurnya semalaman tadi. Ia tak bisa jika berjalan dengan kondisi udara yang dingin seperti ini. Ia pun kembali kekamarnya berniat untuk mengambil Sweater untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya pagi ini.

Ia pun berjalan kedepan menuju tempat angkutan umum yang tempatnya berada tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

"tiinn.. tiinn.." 

Suara klakson motor yang mengagetkannya dari belakang, lalu motornya pun berhenti disampingnya. Ia pun menghentikan langkah kakinya untuk melihat siapa yang membunyikan klakson itu. laki-laki itu pun membuka helmnya dan ternyata teman satu sekolahnya yang berniat untuk mengajaknya. 


"kok jalan kaki wid?" tanya laki-laki itu
"iya, soalnya motor gue dibawa sama adik gue, ada apa?"
"bareng gue aja yuk" ajak laki-laki itu
"gak usah Ren, ngga apa-apa kok gue jalan kaki aja" tolaknya halus
"hayo lah sekali ini aja yaa?"
"ya udah deh, makasih ya sebelumnya"
"oke tenang aja Wid hehehe"

Renno Aditya adalah teman Widya sejak Sekolah Mengenah Pertama, wajahnya yang tampan sering sekali dilirik gadis-gadis disekolah. Kulitnya berwarna sawo matang, hidungnya mancung, alisnya yang tebal, bibirnya tipis berwarna merah ranum dengan senyumannya yang khas, dan memiliki tubuh tegap dengan tinggi badan 170cm yang menambah kegagahannya.

Akhirnya merekapun berangkat bersama. Diperjalanan tak ada satupun percakapan yang keluar dari bibir mereka berdua. Mereka hanya menikmati perjalanan itu. Tak lama mereka pun sudah sampai di gerbang sekolah.

"thanks ya Ren" 
"oke sama-sama Wid, oiya ntar pulangnya bareng gue lagi yaa, gue ngga tega kalau ngeliat cewe jalan kaki, apalagi sendirian, gimana? mau yaa?" ajak Renno dengan senyumnya yang khas.
"tapi gue ngga enak Ren, takut ngerepotin" tolaknya halus
"ya ampun Wid kaya sama siapa aja, ya udah ga usah banyak alesan, nanti pas pulang sekolah gue tunggu di depan yaa"
"oke deh" Widya pun menerima tawaran Renno.

Renno lalu meninggalkan Widya dan segera melaju ke tempat parkiran untuk menaruh motornya. Mereka berdua segera masuk kekelas masing-masing, kelas Widya berada di lantai 2. Ia pun harus menaiki anak tangga terlebih dahulu untuk menuju kelasnya.

Tak lama berjalan, akhirnya ia sampai dikelasnya dan segera menghempasnya tubuhnya dikursi. Ia merasa tak semangat hari ini, mungkin karena hatinya tengah terluka dalam. Entahlah tapi untuk saat ini sedang ia tidak enak untuk melakukan aktifitasnya.

"heyy Wiiid" suara sahabatnya Chacha Mengagetkannya.
"aduh chacha kenapa ngagetin sih" keluhnya
"elo kenapa Wid, kok sedih gitu sih mukanya?" 
"hmm gak apa-apa kok Cha, gue cuma lagi patah hati aja" lirihnya dengan wajahnya yang penuh dengan kesedihan 
"patah hati, kok bisa Wid?" tanyanya penasaran dengan raut wajah khawatir
"panjang Cha ceritanya, nanti pulang sekolah gue ceritain deh ke elo, ya"
"yaudah nanti gue kerumah elo jam 4 sore ini, soalnya pulang sekolah Nyokap mau pergi dan gue ngga boleh kemana-mana, ga apa-apa kan Wid?"
"iya ga apa-apa kok Cha" 

Tak lama mereka berdua ngobrol, Ibu. Maya datang. Pelajaran pun dimulai.
begitu banyak materi yang di ajarkan Ibu Maya tapi satupun tak ada yang nyangkut di otak Widya, ia hanya melamun sejak jam pertama dimulai. 

"Teettt..teett..teett"

Suara bel pun berbunyi menandakan waktu pelajaran Ibu maya sudah selesai, dan sudah waktunya istirahat. Widya dan Chacha melaju kekantin untuk membeli makanan dan minuman. Merekapun berdua memesan bakso dan Es teh manis. Lalu mereka mencari tempat duduk yang kosong, dan akhirnya mereka melihat tempat duduk kosong yang berada di belakang sana, lalu menghampiri tempat itu. 

"akhirnya dapet tempat duduk juga ya Wid" Chacha menjatuhkan tubuhnya dikursi
"iya, ini kantin udah kaya pasar aja ya rame banget" jawab Widya dengan candaan
"emang iya Wid haha" mereka tertawa lepas.

Setelah bersusah payah untuk mencari tempat duduk, akhirnya merekapun segera menikmati hidangan bakso dan minumannnya.
Setelah beberapa menit mereka makan dan minum, bel pun berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera di mulai. Mereka pun kembali kekelas dan mulai belajar dan mendengarkan materi dari guru.

Selang beberapa jam mereka pulang sekolah. Widya, Chacha dan anak-anak yang lainnya segera meninggalkan ruangan kelas itu dengan hati senang. Mereka seperti burung-burung yang dilepaskan dari sangkarnya.

"sampai bertemu nanti sore ya Wid, bye" teriak Chacha dan mulai berlalu pergi
"iya" Widya melambaikan tangan kepada Chacha

"oiya, Renno. hampir aja lupa duh gimana nih."
Widya segera berlari menuju gerbang sekolah untuk melihat apakah Renno masih menunggunya disana. Akhirnya ia sampai di depan gerbang dan melihat Renno masih menunggu kehadirannya. lalu ia menghampiri Renno.

"maaf Ren tadi gue hampir lupa" dengan suara terengah-engah karena ia habis berlari.
"elo kenapa Wid, kok keringetan gitu?" tanyanya heran
"gue tadi lari-larian karena gue takut elo nungguin gue kelamaan." jelasnya
"ya ampun Wid, maaf yaa gue jadi ga enak" jawab Renno dengan wajah memelas
"ya udah ga apa-apa, yuk pulang" ajak Widya

Widya dan Renno pun akhirnya pulang. Diperjalanan mereka meneruskan percakapan yang belum sempat selesai tadi.

"sorry ya Wid, gue jadi bikin elo kecapean gini" Reno memulai percakapan dengan nada bersalah 
"ngga lah ren, gue cuma ngga enak aja, kan gue udah janji"
"makasih ya udah mau pulang bareng gue lagi hehehe"
"iya sama-sama Renno" 

Tak lama mereka asyik mengobrol, akhirnya mereka berdua sudah sampai di halaman depan rumah Widya.

"makasih ya Wid udah mau bareng lagi" ucap Renno
"oh, iya sama-sama, gue juga makasih banget ya" jawabnya
"ya udah sana masuk, gue pulang yaa" 
"oke, ati-ati dijalan Ren"
"sipp"

Renno pun menyalakan motornya dan mulai melaju perlahan.
Widya hanya memandang punggung Renno yang semakin lama semakin tak terlihat lagi.

"Bruukkk.."
Widya meletakan tas dan beberapa buku yang di pegangnya di atas meja dan mulai merebahkan tubuhnya di ranjang.
"capek banget hari ini" keluhnya
Tiba-tiba handphone Widya bergetar dan ternyata ada pesan singkat dari mantannya itu.
...............................................................................................

From : Aldiano
To : Widya

lagi apa?
kamu udah lupa ya sama aku Wid?
hmm yaudah kamu jangan lupa makan ya :)

..............................................................................................

Widya hanya membaca pesan itu tanpa berniat untuk membalasnya. Widya merasa lelah, akhirnya ia pun terlelap tidur. Beberapa jam berlalu Ia mulai terbangun dan langsung melihat handphonenya dan banyak sekali pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Aldiano mantannya.

"ini orang kenapa sih ganggu-ganggu terus, kalau emang dia masih sayang kenapa dia jahat sama gue, gue benci banget sama dia" Keluhnya dalam hati

dan Ia lalu membuka pesan, dan setelah dibuka ternyata ada pesan dari Chacha

.................................................................................................

From : Chacha
To : Widya

Wid, maaf ya kayanya gue ga bisa dateng deh hari ini, soalnya gue mau pergi.. 
elo jangan marah ya Wid, please :( 
besok malem gue kerumah elo deh, gue janji oke Wid :* 
maaf ya sekali lagi Wid :) jangan sedih lagi yaa :*
.................................................................................................
...............................................................................................

From : Widya
To : Chacha

Iya Cha gpp kok, maaf ya baru bales smsnya soalnya tadi gue ketiduran,, oke gue tunggu besok malem ya Cha :) see you :*

..................................................................................................

Keesoakan harinya ia pun beraktifitas seperti biasanya, mencoba untuk selalu menyibukkan diri sendiri dengan segala aktifitasnya baik diluar rumah maupun ketika sedang didalam rumah, Ia tak ingin bersedih dan selalu teringat dengan mantannya itu.
Ia mencoba bangkit dari keterpurukan itu karena Ia beruntung bahwa Ia memiliki Orangtua, keluarga dan sahabatnya yang akan selalu mendukung dan mendoakannya. 


Bersambung...
Tunggu Cerpen selanjutnya yaa :)
thankyou yang udah baca:*


Jumat, 15 Mei 2015

Seratus Delapan Puluh hari Tanpamu


Pagi ini aku dibangunkan oleh suara gemercik hujan yang sejak semalam tadi mengguyur tempat tinggalku di kota Jakarta. Aku terbangun dan langsung meraih ponselku untuk melihat sudah pukul berapakah saat ini. Tapi sejujurnya, aku menunggu ada pesan singkatmu yang selalu memberiku ucapan manis yang membuatku semangat. Dulu. Iya, itu adalah hal yang selalu kau berikan padaku hampir setiap pagiku, setiap hari.

Pagi ini adalah hari yang ke seratus delapan puluh, dimana aku yang meminta untuk mengakhiri hubungan kita. Tapi, entah mengapa hari ini aku merasa rindu dengan semua hal yang aku lalui dipagi hari sebelum melakukan aktifitasku. Entah perasaan apa yang aku rasakan, tapi aku rasa, bahwa aku semakin kehilanganmu.

Gadis baik dan periang itu telah membuatku jatuh hati padamu. Tapi kini malah aku yang menyakitimu. Sayang aku tahu aku salah, bahkan sangat salah. Aku tak pernah bermaksud untuk menyakiti dan melukai hatimu, karena yang aku tahu adalah; kamu mencintaiku dan aku mencintaimu.

Hari ini aku memulai aktifitasku seperti biasanya, sarapan dengan meminum teh manis dan gorengan hangat serta ditemani dengan suara gemercik hujan yang seakan tak ingin berhenti. Aku merasa bahwa alam merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan saat ini; ah mungkin aku hanya terbawa emosi saja. Tapi ternyata saat ini memang hatiku sedang sedih. Lebih tepatnya aku merasa sangat kehilanganmu.

Kamu adalah gadis manja yang punya kebiasaan aneh yang selalu ingin membelai rambutku dan selau memainkan alis mataku, entah apa yang ada dalam pikiranmu  itu, tapi justru aku suka akan hal aneh itu. Aku rindu hal itu akan terulang kembali. Lebih tepatnya aku rindu kamu.

Hari ini seharusnya aku sudah melupakan kamu, melupakan tentang kita. Tapi ternyata itu tak semudah yang kubayangkan, putus denganmu adalah hal yang tak pernah ku rencanakan, bahkan aku juga tak tahu mengapa aku melakukan hal bodoh  itu padamu.  Ku kira dengan semua kesibukanku saat ini, bisa memudahkan aku untuk melupakanmu. Tapi nyatanya aku tak bisa. Aku tak cukup pintar dalam hal melupakan seseorang yang aku sayang.

Sayang, maafkan aku yang sudah melukai dan menggores luka dihatimu, dengan mudahnya aku membiarkan kamu masuk dalam kehidupanku, dan kini aku pula lah yang mengusirmu dari hidupku. Satu hal yang harus kamu ketahui bahwa sampai detik ini perasaanku tak pernah berubah untukmu. Hanya saja aku malu pada diriku sendiri. Aku malu padamu dan juga keluargamu. Aku malu dengan semua sifat keegoisan ku yang sudah membuat semuanya jadi berantakan.

Sayang, aku ingin kamu berjanji dan buktikan padaku bahwa kelak, kamu akan menemukan cinta yang pasti. Aku ingin kau menemukan kebahagian yang jauh lebih bahagia dari yang aku berikan padamu. Tak seperti aku yang jauh dari harapanmu.

Dari seseorang yang tak pernah 
berniat untuk menyakitimu~